BKSAP Terima Kunjungan Studi Banding Parlemen Afganistan
Walaupun baru saja menerapkan sistem pemerintahan yang demokratis dan baru melewati dua kali pemilu Republik Islam Afganistan ternyata memiliki prestasi tersendiri. Hasil pemilu terakhir presentase keterwakilan perempuan di parlemen mencapai angka 28 persen, jauh melebihi Indonesia yang pada pemilu 2009 lalu anggota DPR perempuan hanya mencapai 17 persen.
“Wah ternyata parlemen Afganistan telah melebihi kita ya. Secara kuantitas jumlah anggota parlemen kita lebih banyak tapi keterwakilan perempuan kita tertinggal,” kata Ketua BKSAP (Badan Kerjasama Antar Parlemen) Hidayat Nurwahid, saat menerima kunjungan studi banding Parlemen Afganistan di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (13/12/11).
Dalam kesempatan pertemuan tersebut Ketua Senat – Afghan National Assembly, Fazal Hadi Muslimyar menjelaskan kunjugan studi banding kali ini merupakan agenda pada masa reses yang berlangsung dari tangal 6 Desember sampai 20 Januari 2012. Ia menyampaikan penghargaan karena kunjungan bilateral ini mendapat sambutan yang sangat baik dari parlemen Indonesia, baik DPR, MPR maupun DPD. Negaranya saat ini menurutnya membutuhkan dukungan dari negara sahabat untuk bangkit kembali pasca perang saudara dan pendudukan tentara asing.
Sementara itu senator Echsanullah Bayet menyampaikan undangan lewat BKSAP DPR kepada pengusaha di Indonesia untuk ber-investasi di Afganistan. Salah satu peluang menarik adalah akan dibukanya tender eksplorasi minyak dengan perkiraan potensi mencapai 500 miliar barel. “Kita ada tender minyak pada bulan Maret 2012 yang akan datang, kita undang pengusaha dari seluruh dunia, kalau bisa pengusaha Indonesia bisa hadir. Minyak ini kandungannya 500 miliar barel. Kita berharap pengusaha lain juga datang investasi di bidang masing-masing kita akan siapkan fasilitasnya,” katanya sambil berpromosi.
Menjawab hal ini anggota BKSAP Atte Sugandi menjelaskan Indonesia memiliki perusahaan negara Pertamina yang sudah berpengalaman dalam melakukan eksplorasi di negara lain seperti di Libya, Sudan, Qatar dan beberapa negara lain. “Kalau ada kesempatan eksplorasi di Afganistan, kenapa tidak ditindaklanjuti. Pertamina dan anak perusahaannya mampu melakukan ekplorasi di luar negeri,” tandasnya.
Atte yang juga anggota Komisi VI ini menyebut sampai tahun 2010 lalu tercatat sudah 120 warga Afganistan mengikuti program capacity building di bidang pertanian, perikanan, pemberdayaan perempuan, kesehatan masyarakat dan bidang lain di Indonesia. Ia berharap dukungan ini dapat berlanjut ke bidang lain seperti pelatihan koperasi dan usaha kecil menengah kepada pengusaha kecil di Afganistan.
Pada bagian lain anggota BKSAP dari FPKS, Buchory Yusuf menggarisbawahi pentingnya kerjasama antar negara bukan hanya G to G – goverment to goverment tapi perlu diperkuat dengan P to P – parlement to parlement yang kemudian menjadi lebih dekat menjadi people to people. Ia menyebut ada dua hal menarik yang dapat dilakukan segera, yaitu percampuran budaya dan pertukaran pendidikan. “Mahasiswa Afganistan dapat kuliah di Universitas Islam atau pendidikan tinggi lain di Indonesia yang jumlahnya cukup banyak,” lanjutnya.
Ketua BKSAP Hidayat Nurwahid berharap kunjungan ini dapat meningkatkan hubungan antar parlemen dalam upaya meningkatkan demokrasi yang diyakini sebagai salah satu cara efektif untuk mengatasi terorisme, ekstrimisme, kemiskinan, pengangguran dan sebagainya. Ia juga menghargai undangan untuk berkunjung ke Parlemen Afganistan. Sambil bergurau Hidayat juga menyebut anggota Parlemen Afganistan dipastikan akan betah di Indonesia karena disini tersedia banyak nasi Kabuli. “Di Indonesia anda pasti akan sangat kerasan karena disini banyak tersedia nasi kabuli, makanan khas yang berasal dari kata Kabul ibukota Afganistan,” demikian Hidayat mengakhiri pertemuan hangat parlemen dua negara tersebut. (iky)